17.983
Mataram bermula dari tanah perdikan yang diberikan kepada Ki Ageng Pamanahan (putera Ki Ageng Enis, cucu Ki Ageng Sela) oleh Mas Karèbèt atau Jaka Tingkir, Sultan Kasultanan Pajang yang bergelar Sultan Hadiwijaya (1549-1582), sebagai balas jasa karena telah membantu Kasultanan Pajang untuk menghadapi perlawanan Arya Penangsang yang berasal dari Jipang. Tanah perdikan yang diberikan Sultan Hadiwijaya kepada Ki Ageng Pamanahan masih berupa hutan yang dikenal dengan nama Alas Mentaok.
Ki Ageng Pemanahan berangkat menuju Alas Mentaok bersama Nyi Ageng Ngenis yang merupakan orang tua Ki Ageng Pemanahan, penasehatnya yang bernama Ki Juru Mertani, puteranya yang bernama Danang Sutawijaya, serta dua orang menantunya yang bernama Raden Dadap Tulis dan Tumenggung Mayang. Mereka mencari Pohon Beringin yang sebelumnya telah ditanam oleh Sunan Kalijaga, setelah ditemukan, akhirnya dipilih tanah di sebelah selatan Pohon Beringin tersebut untuk membangun rumah dan halaman yang akan menjadi tempat tinggal Ki Ageng Pemanahan dan keluarganya. Kurang lebih tujuh tahun Ki Ageng Pemanahan membangun Alas Mentaok yang kemudian disebut sebagai Mataram dengan Kotagede sebagai pusat kekuasaannya.
Rumah dan halaman yang dahulu ditempati oleh Ki Ageng Pemanahan bersama keluarga dan kerabatnya, saat ini berada di dalam Kompleks Makam Raja Mataram Kotagede. Ketika Nyi Ageng Ngenis yang merupakan orang tua Ki Ageng Pemanahan meninggal, Ki Ageng Pemanahan menginginkan untuk dikuburkan di halaman rumah. Demikian pula dengan Ki Ageng Pemanahan, sebelum wafat beliau berpesan kepada puteranya yang bernama Danang Sutawijaya untuk di makamkan di halaman rumah yang dahulu ditempati.
Untuk mendapatkan informasi selengkapnya, silahkan kunjungi Makam Raja Mataram Kotagede dan melakukan pemindaian QR Code pada masing-masing Penanda Keistimewaan yang berada di Makam Raja Mataram Kotagede.